Manusia dan Hasrat InginTahu
Manusia mempunyai pengetahuan, binatang
mempunyai pengetahuan, malaikat juga mempunyai pengetahuan. Mahluk
selain manusia pemgetahuannya bersifat statis, dari masa ke masa tetap
begitu saja. Tetapi pengetahuan yang dimilki manusia bersifat dinamis,
terus berkembang dari zaman ke zaman, karena manusia mempunyai kemampuan
mencerna pengalaman, merenung, merefleksi, menalar, dan meneliti dalam
upaya memahami lingkungannya.
Kemampuan tersebut dimiliki manusia
disebabkan manusia dibekali oleh Tuhan berupa akal atau rasio untuk
berpikir, sementara mahluk lainnya tidak. Manusia berpikir dengan
akalnya. Dengan akalmya manusia mempunyai rasa ingin tahu (curiosity).
Dari rasa ingin tahu inilah manusia selalu mempertanyakan segala hal
yang dipikirkannya, menyangsikan segala apa yang dilihat, dan mencari
segala bentuk permasalahan yang dihadapi. Manusia berusaha menjawab
semua pertanyaan yang dihadapi dan mengajukan alternatif pemecahan suatu
masalah.
Menurut Francis Bacon, seorang filsuf renaisance, akal manusia mempunyai 3 macam daya, yaitu:
- ingatan,
- imajinasi, dan
- pikiran.
Daya ingatan menciptakan sejarah, daya imajinasi menciptakan puisi, dan daya berpikir menciptakan filsafat.
Filsafat terdiri atas 3 bagian, yaitu;
- filsafat tentang Tuhan atau teologi,
- filsafat tentang alam atau kosmologi, dan
- filsafat tentang manusia atau antropologi.
Berpikir adalah ciri khas manusia. Selain ciri utama sebagai mahluk berpikir (kognisi), manusia juga masih mempunyai potensi lain, yakni perasaan (afeksi), kehendak (konasi), dan tindakan (aksi) atau sering disebut cipta, rasa, karsa, dan karya. Deangan potensi itu manusia mencipta, mengelola, dan mengubah lingkungan sekitarnya ke arah lebih baik.
Dengan beragam potensi inilah manusia
mempertanyakan, meragukan, dan menjawabnya. Manusia tidak merasa puas
hanya memperoleh jawaban – jawaban yang berasal dari adat – istiadat,
tradisi, dongeng – dongeng, mitos – mitos, legenda – legenda itu tidk
sesuai sesuai aturan berpikir atau bertentangan dengan akal/rasio sehat
manusia.
Lahirnya filsafat dan ilmu pengetahuan
bermula dari aktivitas berpikir. Karena inti dari berfilsafat adalh
berpikir. Namun, tidak semua aktivitas berpikir dapat disebut
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir yang mempunyai tujuan.
Tujuannya adalah memperoleh pengetahuan, yakni pengetahuan yang
menyangkut kebenaran. Sehingga dengan berfilsafat manusia dapat sampai
pada kebenaran.
Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah
perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli dan ahli filsafat
lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsfatan
itu sendiri.
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari 2 segi, yakni:
Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philoshopia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom). Kata filsafat pertama kali oleh Phytagoras (582-496 SM). Pada saat itu arti filsafat belum begitu jelas.
Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi adalah arti yang
dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan tentang batasan dari
filsafat itu banyak , antara lain:
1. Para filsuf pra – Socrates
Para filsuf pra – Socrates mempertnayakan tentang arche, yakni awal mula atau asal usul alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio tanpa percaya lagi pada jawaban mitos atau legenda.
Oleh sebab itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk
memahami hakikat alam dan realitas dengan mengendalikan akal budi.
2. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran asli.
3. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
senantiasa berupaya mencari prinsip – prinsip dan penyebab – penyebab
dari realitas yang ada.
4. Al Farabi
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
5. Rene Descartes
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
6. William James
Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
7. Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang
kita ketahui.
8. Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah –
masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah – masalah
mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
9. Hasbullah Bakry
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan
juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
10. Louis O. Kattsoff
Filsafat merupakan suatu analisis secara
hati – hati terhadap penalaran – penalaran mengenai suatu masalah, dan
penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang
menjadi suatu dasar tindakan.
11. N. Dryarkara
Filsafat adalah perenungan sedalam – dalamnya sebab – sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam – dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
12. Notonagoro
Filsafat menelaah hal – hal yang menjadi
objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap
dan tidak berubah, yang disebut sebagai hakikat.
13. Ir. Poedjayawijatna
Filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
14. Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni” dan juga sebagai arts vitae yaitu fisafat sebagai seni kehidupan.
15. Harold H. Titus
- Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
- Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
- Filsafat adalah usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan.
- Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti dan pengertian (concept).
- Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.
16. Sidi Gazalba
Filsafat adalah sistem kebenaran tentang
segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara
radikal, sistematis, dan universal.
17. Francis Bacon
Filsafat merupakan induk agung dari ilmu – ilmu dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
18. Lorens Bagus, mendefinisikan filsafat sebagai:
- Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap tentang seluruh realitas.
- Upaya untuk melukiskan hakikat relitas akhir dan dasar serta nyata.
- Upaya untuk menentukan batas – batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
- Penyelidikan kritis atas pengandaian – pengandaian dan pernyataan – pernyataan yang diajukan oleh bidang pengetahuan.
- Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu manusia melihat apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang dilihat.
Dari serangkaian definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada.
Dengan kata lain, berfilsafat berarti berpikir secara radikal
(mendasar, mendalam, sampai ke akar – akarnya, sitematik (teratur,
runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal
(umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial).
Adapun Ali Mudhofir (1996) memberikan arti filsafat sangat beragam, yaitu sebagai berikut:
a) Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap
kehidupan alam semesta. Sikap secara filsafat adalah sikap menyelidiki
secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu
problem dari semua sudut pandang.
b) Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai suatu metode, artinya
cara berpikir mendalam (reflektif), penyelidikan yang menggunakan
alasan, berpikir secara hati – hati dan teliti.
c) Filsafat sebagai suatu kelompok persoalan
Banyak persoalan yang dihadapi manusia, dan para filsuf berusaha memikirkan dan menjawabnya.
d) Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran
Ditandai dengan pemunculan teori atau sistem pemikiran besar yang terletak pada nama – nama filsuf besar.
e) Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah itu
f) Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan
dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia
yang konsisten.
Objek Filsafat
Objek filsafat dibedakan menjadi 2, yaitu objek material dan objek formal.
1. Objek material
Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu yang yang dipermasalahkan oleh filsafat.
Lapangan kerja filsafat itu luas, Louis
Kattsoff menulis, yaitu “meliputi segala manusia serta segala sesuatu
yang ingin diketahui manusia”.
Saefuddin Ashari menyebut objek material
filsafat ialah sarwa yang ada, yang pada garis besarnya dapat kita bagi
atas 3 persoalan pokok:
- Hakikat Tuhan
- Hakikat Alam
- Hakikat Manusia
2. Objek formal
Objek formal filsafat ialah usaha untuu k
mencari keterangan secara radikal (sedalam – dalamnya, sampai ke
akarnya) tentang objek material filsafat. Menurut Oemar Amin Hoesin,
objek formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan yang sedalam –
dalamnya tentang objek material filsafat (segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada).
Ciri – Ciri Filsafat
1. Bersifat secara menyeluruh (universal)
Persoalan secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek khusus dan sebagian besar berkaitan dengan ide – ide yang besar.
2. Bersifat secara spekulatif
Artinya persoalan – persoalan yang dihadapi oleh manusia melampui batas – batas ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai – nilai (nilai baik dan nilai buruk)
Artinya persoalan – persoalan kefilsfatan bertalian dengan penilaian baik moral, estetis, agama, maupun sosial.
4. Bersifat kritis
Artinya filsafat itu suatu analisis secara kritis terhadap konsep – konsep yang artinya diterima oleh suatu ilmu.
5. Bersifat sinoptik
Artinya filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
6. Bersifat publikatif
Artinya jika suatu persoalan sudah
mendapat jawaban dari jawaban itu akan timbul persoalan baru dan jawaban
yang akan diberikan akan mengandung akibat lebih jauh.
Asal – Usul Filsafat
Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, yaitu sebagai berikut:
a. Keheranan
Banyak filsuf menunujukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani Thaumsia)
sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan : “Mata kita memberi
pengamatan bintang – bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini
memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal
filsafat”.
b. Kesangsian
Filsuf – filsuf lain, misalnya Augustinus
(254 – 430 M) dan Rene Descartes (1596 – 1650 M) menunjukkan kesangsian
sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ragu –
ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya kalau ia heran? Apakah
kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat ditemukan
kepastian? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan,
dan interpretasi.
c. Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat
terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau
kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya ini manusia mulai
berfilsafat. Ia mulai memikirkannya bahwa di luar manusia yang terbatas
pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Peranan Filsafat
a. Pendobrak
Berabad – abad lamanya intelektualitas
manusia tertawan dalam penjara tardisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu,
manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal – hal
serba rahasia yang terungkap lewat mitos dan mite. Keadaan ini
berlangsung sangat lama. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan
tembok – tembok tradisi yang begitu sakral dan tidak boleh diganggu
gugat. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah
telah membuktikan filsafat benar – benar telah berperan sebagai
pendobrak yang mencegangkan.
b. Pembebas
Filsafat bukan saja mendobrak pintu
penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh mitos dan mite, melainkan juga
merenggut manusia keluar dari dalamnya. Filsafat membebaskan manusia
dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa filsafat dari segala jenis “penjara” yang mempersempit ruang gerak
akal budi manusia.
c. Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara
berpikir yang mistis dan mitis dengan membibing manusia untuk berpikir
secar rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang
picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas
dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal sampai berupaya
mencapai radix (mendalam) dan menemukan esensi suatu
permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak
teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir
secara sistematis dan logis. Filsafat membebbaskan manusia dari cara
berpikir yang tidak utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing
manusia untuk berpikir secara integral dan koheren.
Kegunaan Filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan
belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab
pertanyaan – pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak pada
wewenang metode – metode khusus.
Jadi, filsafat membantu untuk mendalami
pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya.
Kemampuan ini dipelajari melalui 2 jalur yaitu:
- Secara sistematik, artinya filsafat menawarkan metode – metode
mutakhir untuk menangani permasalahan mendalam manusia, tentang hakikat
kebenaran dan pengetahuan, baik pengetahuan biasa maupun ilmiah, tentang
tanggung jawab, keadilan dan sebagainya.
- Secara historis, melalui sejarah filsafat kita belajar untuk
mendalami, menanggapi, serta mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh
para pemikir dan filsuf terkemuka.
Menurut Frans Magnis Suseno (1991)
sekurang – kurangnya ada 3 kemampuan yang sangat dibutuhkan orang pada
zaman sekarang yang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan
kepemimpinan spritual dan intelektual dalam masyarakat, yaitu:
- Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan
mempelajari pendekatan – pendekatan pokok terhadap pertanyaan manusia
yang paling hakiki, serta mendalami jawaban – jawaban yang diberikan
oleh para pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita
sendiri diperluas;
- Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan mengkritisi
argumentasi, pendapat, tuntutan, dan legimitasi dari pelbagai agama,
ideologi, dan pandangan dunia;
- Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dan menjalani studi pada ilmu khusus, termasuk teologi.
Kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi 2, yakni kegunaan secara umum dan secara khusus.
Kegunaaan secara umum dimaksudkan dengan
manfaat yang dapat diambil oleh orang yang belajar filsafat dengan
mendalam sehingga mampu memecahkan masalah – masalah secara kritis
tentang segala sesuatu.
Kegunaan secara khusus dimaksudkan manfaat khusus yang bisa diambil untuk memecahkan khususnya suatu objek di Indonesia.
Jadi, khusus diartikan terikat oleh ruang dan waktu sedangkan umum dimaksudkan tidak terikat pada ruang dan waktu.
Menurut sebagian para filsuf, kegunaan secara umum filsafat adalah:
- Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat
luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang
maha berharga.
- Rene Descartes terkenal dengan ucapannya cogito ergo sum
(karena berpikir maka saya ada), mempertanyakan segala – galanya, tetapi
dalam keadaan serba mempertanyakan ada hal yang pasti, bahwa aku
bersangsi dan bersangsi berarti berpikir. Berfilsafat berarti berpikir
berpangkal kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang
asasi.
- Alfred North Whitehead merumuskan filsafat sebagai berikut: “Fisafat
adalah kesadaran dan pandanagan jauh ke depan dan suatu kesadaran akan
hidup, dan kesadaran akan kepentingan memberi semangat kepada seluruh
usaha peradaban”.
- Maurice Marleau Ponty mengatakan: “Jasa dari filsafat adalah
terletak pada sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan
dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia”
Disamping secara umum, filsafat juga dapat berguna secara khusus dalam lingkungan sosial budaya Indonesia. Franz Magnis Suseno (1991) menyebutkan ada 5 kegunaan, yaitu sebagai berikut:
- Bangsa Indonesia berada di tengah – tengah dinamika proses
modernisasi yang meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudikan
melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan
perubahan pandangan hidup, nilai dan norma itu filsafat membantu
mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis.
- Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan
kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk
mengaktualisasikannya. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati
warisan rohani tidak hanya secara verbalistik, melainkan secara
evaluatif, kritis, dan reflektif sehingga kekayaan rohani bangsa dapat
menjadi modal dalam pembentukan terus – menerus identitas modern
Indonesia.
- Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk
mendeteksi dan membuka kedok ideologis pelbagi bentuk ketidakadilan
sosial dan pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi manusia yang
masih terjadi.
- Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara
kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan dalam
kehidupan intelektual di universitas dan lingkungan akdemis khususnya.
Filsafat menyediakan dasar dan sarana
sekaligus lahan untuk berdialog di antara agama yang ada di Indonesia
pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antaragama dalam
membangun masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila.
Pembagian (Cabang – Cabang) Filsafat
Filsafat pada umumnya dibagi ke dalam 2 kelompok secara garis besar, yaitu filsafat sistematis dan sejarah filsafat.
Filsafat sistematis bertujuan dalam
pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Didalamnya
meliputi logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu, etika,
estetika, metafisika, filsafat ketuhanan (teologi), filsafat manusia,
dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum,
filsafat komunikasi, dan lain – lain.
Adapun sejarah filsafat adalah bagian
yang berusaha meninjau pemikiran filsafat disepanjang masa. Sejak zaman
kuno hingga zaman modern. Bagian ini meliputi sejarah filsafat Yunani
(Barat), India, Cina, dan sejarah filsafat Islam.
Pembagian filsafat menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
Pembagian Plato
Plato membagi filsafat menjadi 3 yaitu;
- Dialektika : Tentang ide – ide atau pengertian – pengertian umum.
- Fisika : Tentang dunia materiil
- Etika : Tentang kebaikan
Pembagian Aristoteles
- Logika, tentang bentuk susuna pikiran
- Filosofia teoritika yang terperinci atas; a.Fisika, tentang dunia
materiil (ilmu alam dan sebagainya); b.Matematika, tentang barang
menurut kuantitasnya, dan; c.Metafisika, tentang “ada”
- Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat) yang
terperinci atas; a.Etika, tentang kesusilaan dalam hidup perseorangan;
b.Ekonomia, tentang kesusilaan dalam hidup kekeluargaan, dan;
c.Politika, tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan
- Filosofia poetika/aktiva (pencipta) – Filsafat Kesenian.
The Liang Gie membagi filsafat sistematis menjadi:
- Metafisika , filsafat tentang hal yang ada
- Epistemologi, teori pengetahuan
- Metodologi, teori tentang metode
- Logika, teori tentang penyimpulan
- Etika, filsafat tentang pertimbangan moral
- Estetika, filsafat tentang keindahan
- Sejarah filsafat
Louis O. Kattsoff
- Logika
- Metodologi
- Metafisika
- Epistemologi
- Filsafat biologi
- Filsafat psikologi
- Filsafat antropologi
- Filsafat sosiologi
- Etika
- Estetika
- Filsafat agama
Harry Hamersma membagi cabang filsafat menjadi:
- Filsafat tentang pengetahuan : epistemologi, logika, kritik – kritik ilmu
- Filsafat tentang keseluruhan kenyataan terperinci atas; a.Metafisika
umum (ontologi), dan; b.Metafisika khusus terdiri atas: teologi
metafisik, antropologi, kosmologi.
- Filsafat tentang tindakan: etika dan estetika
- Sejarah filsafat
Ir. Poedjayawijatna
- Ontologia
- Theodicea
- Antropologia
- Metaphysica
- Ethica
- Logica (minor and mayor)
- Aesthetica
Dari pembagian cabang filsafat menurut
beberapa tokoh tersebut, tampak luas bidang yang menanggapi persoalan
kefilsafatan. Karena sangat luasnya cakupan maka sering ada kesulitan
untuk membahas setiap masalah sampai tuntas.
Berdasarkan 3 jenis persoalan filsafat yang utama yaitu:
- Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Persoalan keberadaan atau eksistensi bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu metafisika.
- Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth).
Pengetahuan ditinjau dari segi isinya berkaitan dengan cabang filsafat,
yaitu epistemologi. Adapun kebenaran ditinjau dari segi bentuknya
bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu logika.
- Persoalan nilai – nilai (values). Nilai – nilai dibedakan
menjadi 2, nilai kebaikan tingkah laku dan nilai keindahan. Nilai
kebaikan tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu etika.
Nilai keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu estetika.